BATU BARA – Garudari.co.id |
Para petani cabai merah di Desa Titi Merah, Kecamatan Limapuluh Pesisir mengeluhkan minimnya ketersedian air irigasi, Selasa (29/3/2022). Sebab, itu telah membuat tanaman cabainya rusak dengan daun meranggas dan batangnya kering berubah warna.
Salah satu petani cabai, Ocik Olan, 26, asal Desa Titi Merah, Kecamatan Limapuluh Pesisir, mengatakan tanaman cabai merah miliknya kini mulai mengering dan rusak. Itu karena minimnya suplai air irigasi. “Kalau masih sering disiram, kemungkinan tidak meranggas dan kering seperti ini,” ungkapnya
Dalam hal ini para petani cabai terancam bisa menimbulkan kerugian materi, Menurut Ocik Olan, tanaman cabai yang kering dan meranggas itu hasil produksi menjadi turun. Tanaman cabai merah seluas 10 Rantai Miliknya, bila kondisi normal bisa panen 1 hingga 2 ton, dan itu bisa dipanen hingga lebih dari 13 kali. “Kalau sudah kering seperti ini bisa kurang dari delapan ton,” jelasnya
Untungnya, terang dia, saat ini harga cabai merah masih relatif stabil, yakni berada di kisaran Rp 40.000 per kilogramnya. Jika harga cabai ikut-ikutan hancur, maka hasil panennya akan hancur pula. “Jika harganya di bawah Rp 30.000 per kilogram, kita bisa rugi besar. Biaya produksi tanaman cabai sangat tinggi,” katanya.
Petani cabai lainnya, Darmawi, 50, juga mengalami hal yang sama. Malahan, tanaman cabainya sudah banyak yang kering dan Sekarang sudah saya sirami” ujar bapak paro baya itu.
Darmawi menyebut meski pernah gagal panen, tapi kini kembali menanam cabai di lahan seluas 5 rantai. Untuk suplai air, dia selalu menyiram. “Sekarang saya tanam cabai merah juga, ini umurnya baru satu bulan lebih, jadi suplai air harus terus diperhatikan,” katanya.