Foto : Herman pelani diatas Betor miliknya |
Oleh : REDAKSI
garudari.co.id – Batu Bara | Seorang pria di Desa Simpang gambus, Kecamatan Lima puluh, Kabupaten Batu Bara, menjalankan becak motor nya pelan-pelan di jalan Lintas Indrapura – Lima puluh.
Ada yang tak biasa dari pria yang bernama Herman Pelani (28). Ia mengoperasikan becak motor nya hanya dengan kaki kirinya sejak 2016, kaki sebelah kanannya terpaksa diamputasi.
Yang lebih mengherankan lagi, untuk berjalan Suherman tidak menggunakan tongkat melainkan hanya dengan engkelek (berjalan dengan satu kaki).
Ditemui saat menunggu orang yang menggunakan jasanya, Herman menuturkan penyebab satu kakinya diamputasi. Kamis (07/1/2021) sekitar pukul 15:00 WIB.
“Waktu itu tahun 2011, saya dari Bandar tinggi mau pulang kerumah saya di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air putih, Kabupaten Batu Bara,dengan mengendarai Sepeda motor bersama Rudi Hartono teman saya. Tepat di depan RS PTC Sipare-pare kami mengalami kecelakaan bertabrakan dengan Mobil mini bus, dan saya terpental hingga 5 Meter.
Kemudian saya berdiri dan berjalan, sekitar 150 Meter tiba-tiba merasakan kebas di kaki sebelah kanan dan saya terjatuh.
Warga yang melihat kejadian tersebut langsung membawa Saya ke RS terdekat Klinik UGD di Indrapura.
Dari Klinik UGD Indrapura saya dibawa ke RS Erna Kota Tebing Tinggi. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dokter ternyata saya harus di amputasi.cerita Herman dengan nada sedih.
Herman tetap memilih untuk menarik becak motornya di tengah keterbatasan, karena tak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, kini dirinya telah menikah dan memiliki 2 orang anak.
Foto : Herman pelani menunjukkan kaki palsu miliknya yang Rusak |
“Dari kecil saya tidak ingin merepotkan ataupun merugikan orang lain. Sebisa mungkin bekerja mencari nafkah supaya bisa menghidupi anak istri,” tuturnya
Herman mengaku sejak usia 18 tahun meninggalkan kampung halaman untuk bekerja serabutan diberbagai Daerah.
Hingga pada akhirnya memutuskan menjadi tukang becak sekitar tahun 2016, setelah menikah dengan Fadilah gadis cantik warga Simpang Gambus.
Sebelum pandemi Covid-19, pria yang sehari-hari mangkal di sekitar Indarpura Simpang Gambus ini mengaku mendapatkan Rp80 ribu hingga Rp100 ribu per hari. Namun, tak jarang juga seharian ia tak mendapatkan uang sama sekali, karena sepi penumpang.
Saat pandemi seperti sekarang, hampir setiap hari ia tak dapat penumpang. Namun, pria kelahiran Indrapura, 20 November 1992 ini tetap semangat menarik Becak motornya.
“Pernah juga saya mengantar seorang penumpang tidak dibayar karena dia mengaku tak punya uang. Saya tidak apa-apa,” ucapnya.
Kendati memiliki keterbatasan fisik, Suherman tetap berprasangka baik dan mensyukuri jalan hidupnya.
Ia optimis selalu ada jalan rejeki, meskipun di Indrapura ini tukang becak jumlahnya ribuan.
Herman mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari Pemerintah terkait keterbatasan fisiknya.
Tetapi, dirinya juga pernah mendapatkan beberapa bantuan dari pemerintah terkait Covid-19 seperti sembako sebanyak dua kali dan uang tunai Rp300 ribu, itupun hanya satu kali.ucapnya.
Herman tidak banyak berharap hanya memohon bantuan pemerintah untuk memperbaiki kaki palsu yang didapatkannya dari temannya.
“Karena keterbatasan finansial, Saya berharap agar pemerintah dapat memperbaiki kaki palsu ini yang sudah rusak”.harapannya (*)